Kepulauan Meranti Makin Terang

Senin, 06 Mei 2019

MERANTI--Keseriusan Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Kepulauan Meranti dalam menggesa percepatan pembangunan infrastruktur di pedesaan begitu terlihat. Dengan porsi 60 persen dari total APBD yang diperuntukkan bagi program belanja publik --realisasi penggunaan anggaran diarahkan pada upaya pembenahan pembangunan infrastruktur-- mulai dari pembangunan jalan, jembatan, sekolah, dan listrik pedesaan. Ketiga aspek ini memang menjadi prioritas Pemkab Kepulauan Meranti selama dua periode kepemimpinan Drs. Irwan, MSi, bersama para wakilnya, Drs. H. Masrul Kasmy MSi (periode I) dan Drs. H. Said Hasyim MSi (periode II).

    Kebijakan tersebut tentunya seiring dengan aktivitas ekonomi yang terus tumbuh dan APBD yang terus meningkat. Makanya tak heran jika Pemkab Meranti langsung 'tancap gas' dengan mempercepat upaya menyejahterakan masyarakat. Diantaranya dengan Program Meranti Sehat dan Program Meranti Terang. 

    Khusus Program Meranti Terang, dilakukan pemasangan genset disetiap desa dan kelurahan. Setiap tahunnya, belasan miliar Rupiah dihabiskan untuk pembangunan listrik pedesaan melalui Program Meranti Terang. Tidak tanggung-tanggung, dalam tiga tahun pertama saja, Pemkab Kepulauan Meranti telah mengalokasikan anggaran sebesar Rp46.470.675.000 guna merealisasikan program listrik bagi masyarakat pedesaan. 

    Jumlah tersebut dapat dilihat dari tahun 2011, dimana alokasi dana yang dikucurkan adalah sebesar Rp.18.960.500.000, dan tahun 2012 kembali dianggarkan sebesar Rp.15.457.675.000. Sementara tahun 2013 alokasi anggaran yang dikucurkan sebesar Rp.11.852.500.000. Begitu juga pada tahun 2014, Pemkab Meranti telah mengalokasikan anggaran sebesar Rp45.783.703.000. 

    Bupati Kepulauan Meranti Drs. H Irwan MSi, mengatakan, ketersediaan listrik bagi masyarakat menjadi salah satu prioritas program pembangunan infrastruktur dasar di Meranti. Digesanya program listrik di pedesaan sebagai upaya untuk memberikan spirit agar masyarakat di daerah ini hidup lebih produktif. Langkah pemasangan genset terpaksa dilakukan, karena bagi PLN sangat tidak ekonomis untuk berinvestasi di desa-desa yang memang letaknya terisolir. Apalagi dengan kondisi desa-desa yang belum terdapat jaringan PLN, jelas sangat tidak mungkin berharap pada listrik negara. Tambah lagi kondisi mesin PLN yang sangat terbatas.     

    "Kalau menunggu PLN masuk ke desa-desa tepencil, entah sampai kapan harus menunggu. Untuk itu, kita berupaya mengirimkan mesin-mesin genset untuk menyediakan listrik bagi masyarakat diberbagai pelosok pedesaan terpencil. Alhamdulillah, dalam kurun waktu tiga tahun saja sudah lebih dari 27 desa yang menikmati listrik melalui program listrik pedesaan yang dianggarkan Pemkab Meranti melalui APBD disetiap tahun anggaran," kata Irwan.

    Alasan dan kebijakan Pemkab Meranti meluncurkan program listrik pedesaan sangatlah tepat. Sekitar 75 persen dari 101 desa dan kelurahan di Meranti waktu itu, belum menikmati listrik. Melihat kondisi itulah, pemerintah daerah berupaya untuk terus mengalokasikan anggaran penyediaan listrik pedesaan melalui Program Meranti Terang. Tentunya dengan harapan agar tahun berikutnya (2015), program ini tuntas. Seluruh desa dan kelurahan pun menjadi terang benderang saat malam tiba. 

    Sayangnya, upaya tersebut kandas oleh kewenangan. Tahun berikutnya, pemerintah daerah tidak dibenarkan lagi ikut campur mengenai listrik. Undang-Undang No. 23 tahun 2014 telah menyatakan bahwa wewenangan listrik desa berada sepenuhnya kepada Pemerintah Provinsi Riau.

    Meski tersandung oleh kewenangan, namun upaya Pemkab Meranti tidak terhenti sampai di situ. Kerja sama terus dilakukan. Pemkab Meranti juga terus mendorong pihak Perusahaan Listrik Negara (PLN) untuk memperluas jaringannya hingga ke pelosok desa. Langkah tersebut untuk mempercepat kehadiran jalur transmini milik PT. PLN di seluruh desa yang dapat terintegrasi dengan program listrik desa.

    Dampak dari kerja keras itulah, kini elektrifikasi Kabupaten Kepulauan Meranti meningkat tajam. Sebagian besar desa di Kepulauan Meranti sudah bisa menikmati cahaya ketika terbenamnya sang fajar.

    Berdasarkan data, saat ini rasio elektrifikasi Kepulauan Meranti sudah mencapai 80,86 persen. Persentase tersebut dinilai meningkat tajam jika dibandingkan dari tahun 2017 yang hanya 77 persen saja. Dan, angka itu terus berjalan seiring dengan terpenuhinya jangkauan transmisi anergi listrik ke puluhan desa.

    "Naik dari tahun lalu. Sekarang rasio elektrifikasi kita telah mencapai angka 80,86 persen. Kami juga terus berupaya meningkatkannya dengan mencari cara menambah transmisi di desa dan permukiman yang belum merasakan listrik," ungkap Kepala Bagian Ekonomi dan Sumber Daya Manusia Setdakab Meranti, Afifuddin, Senin(25/3/19) pagi.

    Walaupun prestase elektrifikasi Kepulauan Meranti belum mampu menyetarai Kota Pekanbaru, Kampar, Dumai, dan Bengkalis yang rasio elekteifikasinya telah mencapai 100 persen, namun ia mengaku bangga. Sebagai kabupaten yang baru saja mekar, kini Kabupaten Kepulauan Meranti sudah bisa melampaui berapa kabupaten lain dengan persentase elektrifikasi terendah tidak lebih 60.88.  

    Manager PT PLN (Persero) Rayon Selatpanjang Jannatul Firdaus membenarkan hal tersebut. Menurutnya, kenaikan rasio elektrifikasi itu terjadi oleh rampungnya jalur transimisi energi listrik di Selat Akar, Darul Takzim, Mengkikip dan Tanjung Samak. "Saat ini mereka sudah bisa menikmati listrik dengan 24 jam nyala," ungkapnya.

    Dia juga mengakui, masih terdapat beberapa desa yang sudah ada jaringan listrik, namun belum tersambung ke rumah-rumah. Hal itu dinilainya sangat mempengaruhi persentase rasio elektrifikasi di Meranti secara keseluruhan.

    Menurut Jannatul Firdaus, saat ini ada sekitar 30 desa yang belum menikmati listrik selama 24 jam. Dengan adanya listrik desa, RE 100 persen diharapkannya bisa tercapai secepatnya.

    Keseriusan Pemkab Kepulauan Meranti dalam mendukung elektrifikasi daerah juga ditanggapi positif oleh PLN. Pada tahun 2020 mendatang, PLN akan membangun jaringan transmisi interkoneksi bawah laut. Menurut Jannatul Firdaus, proyek elektrifikasi tersebut akan tuntas pada 2020 mendatang.

    "Fix landing poin-nya mulai dikerjakan 2019 ini. Namun, rampungnya bisa jadi satu tahun mendatang," ujar Firdaus.

    Jaringan bawah laut ini direncanakan akan menghubungkan Pulau Sumatera melalui Tanjung Buton, Kabupaten Siak menuju Mengkikip Kepulauan Meranti. Persiapan pembangunan jaringan telah dilakukan sejak awal tahun 2018 lalu. Menurutnya, posisi gardu induk (GI) berada di Desa Gogok, Kecamatan Tebingtinggi Barat, Meranti.

    Terhubungnya Kepulauan Meranti dengan jaringan listrik Sumatera sebagai upaya mengatisipasi terjadinya krisis listrik. Dengan cara itu, kebutuhan listrik di Kepuluan Meranti bisa terpenuhi sampai ke pelosok desa.

    Camat Rangsang, Kabupaten Kepulauan Meranti, Rayan Pribadi mengucapkan ribuan terima kasih kepada Pemerintah Daerah Kabupaten Kepulauan Meranti dan PT PLN (persero) Rayon Selatpanjang yang telah memberikan kesempatan kepada warga Tanjung Samak untuk dapat menikmati fasilitas listrik 24 jam nyala. Sebab, sebelum warganya hanya menikmati listrik dari pukul 18.00 WIB hingga 7.00 WIB saja. Sementara siangnya, jika ingin merasakan listrik, warga harus menggunakan genset.

    "Saya atas nama Pemerintah Kecamatan Rangsang mengucapkan banyak terima kasih kepada pihak PLN, Karena telah menyetujui atau memenuhi permintaan warga", ucap Rayan. (MC Meranti)