• RIAUTIME - Hingga Sabtu 2 Februari 2019 kemarin, gempa telah terjadi berulang kali di Provinsi Sumatera Barat yang berpusat di Kepulauan Mentawai. Gempa tersebut dikhawatirkan akan terjadi keseimbangan Patahan Megathrust yang memang berada di kawasan itu. 

Catatan Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG), memulihkan ada 52 kali gempa bumi susulan (gempa susulan) yang terjadi di kawasan itu. Dari jumlah itu, enam gempa tergantung di atas 5 Skala Richter.

Gempa bumi termasuk ke dalam klasifikasi gempa bumi dangkal. Gempa bertipe ini muncul akibat aktivitas subduksi Lempeng Indo-Australia ke bawah Lempeng Eurasia yang tepat di zona Megathrust, yang merupakan zona subduksi lempeng. Kawasan ini terletak di Samudra Hindia terletak di sebelah barat Pulau Sumatera.

Meski tidak merusak, namun ahli geologi Sumatera Barat, Ade Edward mengimbau masyarakat tetap waspada. Karena rentetan gempa tersebut bisa saja tersisa keseimbangan segmen-segmen patahan Megathrust, yang dekat dengan pusat gempa.

"Jika benar demikian, maka tidak menutup penutup keseimbangan (keseimbangan) sehingga terpicu untuk melepaskan kunciannya yang dapat menyebabkan gempa susulan berikutnya. Gempa bumi Megathrust hari ini (Sabtu) bertipe Gempa Bumi Lambat, Gempa Bumi yang Dirasa Mengayun," ujar Ade Edward, dilansir viva.co.id, Minggu 3 Februari 2019.

Saat ditanya apakah gempa kali ini merupakan gempa pembuka, Ade dapat membantah dianggap sebagai pembuka gempa. Lagi, semua pihak lebih waspada lagi. 

Selain itu, beberapa kali guncangan yang lama telah dihadiri oleh segmen-segmen di sekitar pusat gempa tadi.

"Bisa saja mengubah gempa pada segmen patahan di sebelahnya. Kejadian seperti ini sudah umum. Tidak ada yang bisa tahu sampai membahas guncangan tadi terhadap segmen patahan di sekitar pusat gempa tadi. Sementara itu, Megathrust Mentawai ibarat sudah gelas diambil," katanya lagi. (r24)