Opini

Era Industri 4.0, Mahasiswa Harus Berpikir Kritis

Oleh              : Moh. Rofiq Risandi

Mahasiswa : Universitas Islam Malang

Fakultas      : Ilmu Administrasi

Prodi            : Administrasi Publik

Salah satu pilar fondasi pedagogi (ilmu pendidikan) abad 21 adalah berpikir kritis. Selain dari pendidikan karakter, gotong royong keluarga sekolah, kecerdasan jamak, dan penguasaan teknologi-informasi-komunikasi (TIK), berpikir kritis adalah kemampuan yang menjadi fokus dari lembaga-lembaga pendidikan di era abad 21.

Revolusi industri yang bergeser dari industri manufaktur atau berbasis pabrik kepada industri teknologi komunikasi atau jejaring memainkan peranan krusial dalam semakin besarnya porsi berpikir kritis dalam kurikulum pendidikan abad 21. Sekolah dan para pendidiknya wajib mengetahui dan memahami materi dan pendekatan ajar yang tidak hanya bernapaskan, namun juga menumbuhkembangkan kebiasaan praktik berpikir kritis para peserta didik.

Melalui artikel ini kita akan membahas secara singkat mengenai apa itu praktik berpikir kritis atau critical thinking dan ciri-ciri dari para pelakunya. Baik itu dalam tataran kelembagaan dan juga perseorangan, baik itu dari sudut pandang pembimbing atau fasilitator dan juga dari sudut pandang murid atau peserta didik. Mari kita mulai penjelajahan kita!

Praktik berpikir kritis adalah cara berpikir – tentang pelaku, sasaran, atau isu-masalah apa pun – yang mana si pemikir meningkatkan kualitas pemikirannya dengan menganalisis, menilai, dan merekonstruksi sendiri pemikirannya tersebut.

Pemikiran kritis bersifat swadaya, pelaku dan sasarannya pertama-tama adalah diri sendiri, secara disiplin pemikir kritis akan mengawasi dan memperbaiki tindak dan pola pikirnya sendiri. Hal ini tentu saja mensyaratkan penerapan standar yang ketat secara sadar dan konsisten berkesinambungan. Berpikir kritis juga memerlukan komunikasi yang efektif dan kemampuan pemecahan masalah, serta komitmen untuk mengatasi potensi dan keadaan egosentrisme dan sosiosentrisme pelakunya sendiri.

Intinya, berpikir kritis mengharuskan kita menggunakan kemampuan kita untuk berpikir. Ini adalah tentang menjadi pelajar aktif daripada penerima informasi yang pasif. Pemikir kritis secara ketat mempertanyakan gagasan dan asumsi daripada menerimanya tanpa tanya. Mereka akan selalu berusaha untuk menentukan apakah ide, argumen, dan temuan mewakili keseluruhan gambaran dan dengan terbuka menerima jika ternyata ada perbedaan atau kesilapan nilai. Pemikir kritis akan mengidentifikasi, menganalisis, dan menyelesaikan masalah secara sistematis, bukan dengan intuisi atau insting.

Seseorang dengan kemampuan berpikir kritis akan mampu untuk memahami keterkaitan atau kontekstualitas di antara gagasan,.menentukan poin penting dan relevansi dari sebuah argumen dan ide,mengenali, membangun, dan menilai argument,mengidentifikasi inkonsistensi dan kesalahan dalam penalaran,mendekati masalah dengan cara yang konsisten dan sistematis, merenungkan justifikasi dari asumsi, keyakinan, dan nilai mereka sendiri, meterampilan yang kita butuhkan untuk dapat berpikir kritis bervariasi dan termasuk observasi, analisis, interpretasi, refleksi, evaluasi, penyimpulan, penjelasan, pemecahan masalah, dan pengambilan keputusan.

Secara khusus kita harus dapat memikirkan tentang suatu topik atau masalah dengan cara yang objektif dan kritis, mengidentifikasi berbagai argumen yang ada terkait dengan masalah tertentu, mengevaluasi sudut pandang untuk menentukan kualitas kesahihannya, menemukan setiap kelemahan atau poin negatif yang ada dalam bukti atau argument, memperhitungkan implikasi apa yang mungkin ada di balik pernyataan atau argument, mengajukan alasan dan dukungan sistematis terstruktur untuk argumen yang ingin kita buat.

Berpikir kritis bertujuan untuk mencapai hasil terbaik dalam situasi apapun. Untuk mencapai hal ini, prosesnya sendiri harus melibatkan pengumpulan dan evaluasi informasi dari sebanyak mungkin sumber yang berbeda.

Berpikir kritis membutuhkan penilaian yang jelas dan terperinci. Hal ini kerap menimbulkan riak dalam organisasi karena membahas mengenai kekuatan, kelemahan dan preferensi pribadi kita dan kemungkinan dampaknya terhadap keputusan yang mungkin dibuat.

Berpikir kritis membutuhkan pengembangan dan penggunaan prediksi jangka panjang sejauh mungkin.

Menerapkan keputusan yang diambil dari pemikiran kritis harus mempertimbangkan penilaian hasil yang mungkin dan cara menghindari hasil yang berpotensi negatif, atau setidaknya mengurangi dampaknya.

Berpikir kritis melibatkan meninjau hasil penerapan keputusan yang dibuat dan menerapkan perubahan jika memungkinkan.**



[Ikuti RiauTime.com Melalui Sosial Media]






Tulis Komentar

Untuk Berbagi Berita / Informasi / Peristiwa
Silahkan SMS ke nomor HP : 082387131915
atau email ke alamat : [email protected]
Harap camtumkan detail data diri Anda
Pengutipan Berita dan Foto, Cantumkan RiauTime.com Sebagai Sumber Tanpa Penyingkatan