Opini

Refleksi 74 Tahun HMI menjaga semangat Keindonesiaan dan Keislaman dalam NDP Merah Putih

Yhudi Juliandra Dinata

PEKANBARU- Kedewasaan beragama setiap umat beragama bermula pada pemahaman, penghayatan dan pengamalan agama yang diyakininya secara benar. Kedewasaan beragama dalam memahami dan meyikapi kehidupan bangsa yang pluralitas seperti Indonesia, merupakan suatu keniscayaan yang harus selalu dikembangkan dan disebarluaskan serta diimplementasikan oleh seluruh komponen bangsa Indonesia. 

Kedewasaan beragama disini dapat dipahami sebagai suatu titik dimana umat beragama telah keluar dari ekslusivisme menuju kepada inklusivisme, pada titik ini juga umat beragama harus disertai sikap tulus menerima kenyataan kemajemukan sebagai yang bernilai positif, menegaskan diri akan pengakuan pada penganut agama lain untuk hidup bersama dan menjalankan ajaran agama masing-masing sesuai dengan apa yang menjadi dasar iman masing masing umat beragama tersebut.

Karena itu, kedewasaan beragama merupakan usaha utama guna menumbuhkan kesadaran akan persatuan dan kesatuan bangsa untuk mewujudkan kerukunan hidup umat beragama di Indonesia. Salah satu komponen bangsa yang sangat penting pada era saat ini untuk mengembangkan, menyebarluaskan dan mengimplimentasikan kedewasaan beragama adalah organisasi keagamaan. Termaksud didalamnya Himpunan Mahasiswa Islam (HMI). 

HMI merupakan organisasi mahasiswa Islam tertua dan tersebar luas di Indonesia. Dua tahun setelah kemerdekan Indonesia, HMI resmi menjadi salah satu organisasi mahasiswa Indonesia dan satu-satunya organisasi mahasiswa Islam di Indonesia ketika itu. 

Tepat tanggal 5 Februari 1947, HMI menjadi warna baru mahasiswa Indonesia atas prakarsa Lafran Pane beserta 14 mahasiwa Sekolah Tinggi Islam (sekarang Universitas Islam Indonesia). Sampai usia 74 tahun, organisasi mahasiswa ini masih tetap mempertahankan eksitensi sebagai wadah candradimuka mahasiswa.

NDP bukan suatu idiologi baru bagi organisasi HMI juga kader HMI, tetapi NDP merupakan instrumen untuk memahami Islam secara kaffah yang bersumber dari Al Quran dan Sunnah Rasul. Kader HMI berkewajiban mempelajari, memahami dan mengamalkan NDP dalam kehidupan keseharian sebagai generasi unggul bangsa kini dan mendatang. Iman, ilmu dan amal merukan substansi dari NDP yang menjadi pena dalam mengukir prestasi sebagai bentuk pengabdian dalam kehidupan. 

Penekanan substansi NDP adalah pengejawantahan misi HMI sebagai organisasi kader untuk mewujudkan tujuan HMI. Pasal 4 Anggaran Dasar dikemukakan tujuan HMI: Terbinanya insan akademis, pencipta, pengabdi yang bernafaskan Islam dan bertanggungjawab atas terwujudnya masyarakat adil makmur yang diredlai Allah swt. Intinya adalah para kader HMI harus mumpuni dalam bidang akademik dalam arti mampu berikir secara logis dan realistis dalam mencermati persoalan-persoalan social bangsa dan negara.

HMI mulai mengadakan latihan kader secara sistematis yang hingga saat ini masih eksis menjadi ‘mata air’ perkaderan. Sampai di sini, kian terang terlihat dan matang arah perjuangan HMI untuk menumbuhkan semangat memajukan Keislaman di tengah kehidupan berbangsa dan bernegara. Tradisi intelektual mulai digalakkan melalui penggalian atas kajian keislaman, pemikiran-pemikiran tokoh bangsa, kajian sosial, budaya, politik, hukum serta beragam teori-teori pengetahuan lainnya. Tujuannya untuk menggugah semangat berislam, menggugah penghayatan umat Islam bahwa ajaran agama Islam senafas dengan kemajuan ilmu pengetahuan dan keindonesiaan. (Penulis: Yhudi Juliandra Dinata)



[Ikuti RiauTime.com Melalui Sosial Media]






Tulis Komentar

Untuk Berbagi Berita / Informasi / Peristiwa
Silahkan SMS ke nomor HP : 082387131915
atau email ke alamat : [email protected]
Harap camtumkan detail data diri Anda
Pengutipan Berita dan Foto, Cantumkan RiauTime.com Sebagai Sumber Tanpa Penyingkatan