Riau

Serba-serbi Pacu Jalur yang Viral, Ada Tukang Onjay hingga Meriam Karbit

PEKANBARU - Festival Pacu Jalur adalah bagian dari agenda pariwisata Kharisma Event Nusantara atau KEN. Saban bulan Agustus acara ini digelar di Tepian Narosa, Taluk Kuantan, Kabupaten Kuantan Singingi, Riau. 

Pacu Jalur mendunia, viral di jagat maya. Banyak warganet memarodikan Pacu Jalur, terutama meniru tarian bocah di atas jalur. Pada tahun ini Pacu Jalur dihelat mulai 23 hingga 27 Agustus 2023. 

Secara etimologinya, kata pacu bermakna perlombaan, sedangkan kata jalur merujuk kepada kata perahu atau sampan. Secara sederhana, Pacu Jalur dapat diterjemahkan sebagai "perlombaan mendayung perahu" atau "perlombaan mendayung sampan".

Atraksi Pacu Jalur dimulai dengan bunyi meriam sebanyak 3 kali. Meriam karbit ini sengaja digunakan agar para peserta Pacu Jalur bisa mendengar jelas aba-aba dari panitia. 

Jika aba-aba memakai peluit, suaranya tidak akan terdengar oleh peserta lomba. Karena luasnya arena pacu dan riuhnya ribuan penonton yang menyaksikan perlombaan.

Di setiap jalur yang ditumpangi ada tukang concang alias pemberi aba-aba, tukang pinggang atau juru mudi, tukang tari dan tukang onjay. Setelah meriam karbit diletupkan, mereka berlomba-lomba menerobos arus sungai kuantan. Menuju garis finish. 

Kepala Dinas Pariwisata (Kadispar) Provinsi Riau, Roni Rakhmat menuturkan, menurut tradisi lisan masyarakat setempat, Pacu Jalur pada mulanya merupakan sarana transportasi menyusuri sungai Batang Kuantan dari Hulu Kuantan hingga ke Cerenti di muara sungai Batang Kuantan. 

"Karena transportasi darat belum berkembang pada masa itu, jalur tersebut sebenarnya digunakan sebagai sarana transportasi penting bagi penduduk desa. Digunakan sebagai sarana pengangkutan hasil bumi, seperti buah-buahan lokal dan tebu. Selain itu, berfungsi untuk mengangkut sekitar 40-60 orang per perahu atau sampannya," kata Roni Rakhmat, ketika dihubungi Rabu (23/8/2023). 

Pada masa perkembangannya, perahu transportasi berbentuk memanjang ini sengaja dihias dengan unsur daerah setempat. Biasanya melukiskan kepala ular, buaya, dan harimau.

Pemerintah telah mengakui dan menetapkan Pacu Jalur sebagai bagian integral dari Warisan Budaya Nasional Takbenda asli Indonesia dan menjadikan Pacu Jalur menjadi agenda pariwisata nasional KEN Kemenparekraf. 

"Sebagai upaya untuk melestarikan warisan budaya tersebut, pemerintah Indonesia mendukung Festival Pacu Jalur diadakan setiap tahun di Kuantan Singingi dan mempromosikan pentingnya festival tersebut kepada masyarakat luas baik nasional maupun internasional," ucap Roni. 

Roni menuturkan pada tahun 2022 lalu, Pacu Jalur menyedot 1,3 juta orang yang menyaksikan acara tersebut. Mereka berasal dari kalangan pedagang luar daerah dan masyarakat Kuansing yang kembali dari perantauan, hingga wisatawan lokal dan asing.

Untuk tahun ini, Pemprov Riau sudah menyiapkan hadiah, totalnya sekitar Rp 250 juta untuk para pemenang. Ada juga dari Pemda Kuansing sebesar Rp 300 juta. Banyak juga masyarakat Kuansing yang juga menyiapkan hadiah, secara pribadi.

"Mari sama-sama meramaikan event budaya ini. Jaga keamanan dan kenyamanan. Tertib dan lancar, semoga meriah,” tandas Roni.

Sejarah Pacu Jalur pada masa penjajahan Belanda digelar untuk memeriahkan perayaan adat, sejak tahun 1890. Secara spesifik, Pacu Jalur digunakan sebagai pemeriah untuk memperingati hari lahir Wilhelmina (Ratu Belanda) yang jatuh pada tanggal 31 Agustus. 

Sebelumnya, Pacu Jalur juga  diselenggarakan oleh penduduk setempat untuk memperingati hari-hari besar umat Islam, seperti Maulid Nabi, Idul Fitri, atau bahkan untuk merayakan Tahun Baru Islam. Selanjutnya setelah kemerdekaan Indonesia, festival ini semakin berkembang, diselenggarakan untuk merayakan hari kemerdekaan Republik Indonesia.

Pacu Jalur menjadi budaya dan karya seni khas daerah setempat. Tradisi ini merupakan perpaduan antara unsur olahraga, seni, dan olah batin. Konon, masyarakat sekitar sangat percaya bahwa olah batin dari pawang perahu atau dukun perahu sangat berpengaruh untuk menentukan kemenangan. 

Keyakinan magis ini dapat dilihat dari keseluruhan rangkaian acara yang dilakukan. Mulai dari persiapan pemilihan kayu, pembuatan perahu, penarikan perahu, hingga acara perlombaan dimulai, yang selalu diiringi oleh ritual-ritual magis.

Pada tahun 2022, gambar ilustrasi Pacu Jalur dibuat oleh seorang seniman etnis Sunda asal Bandung, bernama Wastana Haikal. Karya seninya terpilih sebagai Google Doodle merupakan alterasi khusus untuk logo Google di beranda Google untuk memperingati Hari Kemerdekaan Indonesia yang dirayakan pada tanggal 17 Agustus.



[Ikuti RiauTime.com Melalui Sosial Media]






Tulis Komentar

Untuk Berbagi Berita / Informasi / Peristiwa
Silahkan SMS ke nomor HP : 082387131915
atau email ke alamat : [email protected]
Harap camtumkan detail data diri Anda
Pengutipan Berita dan Foto, Cantumkan RiauTime.com Sebagai Sumber Tanpa Penyingkatan