Pembangunan Manusia Ujung Tombak Pembangunan Daerah

Merajut Mimpi Anak-Anak Pulau

Bupati Irwan sedang bersalaman dengan siswa SD di wilayahnya beberapa waktu lalu.

 

"Anak pulau itu hanya kalah dengan fasilitas, tapi semangat dan tekad mereka tak bisa dianggap remeh."

Bukan bualan kosong. Kalimat yang datang dari Rismanidar itu memang telah ia buktikan sendiri. Rismanidar, putri melayu kelahiran Desa Tebun Kecamatan Rangsang Kabupaten Kepulauan Meranti, Riau, itu berhasil lulus dengan predikat Cumlaude dari Universitas Gadjahmada (UGM) di Yogyakarta tahun 2017 lalu. IPK-nya 3,92. 

Lahir dan besar di kampung nun jauh di tepi Selatmalaka, tidak membuat ia mengecilkan diri. Ia terus memupuk keinginannya untuk bisa mengenyam pendidikan tinggi. Hingga kemudian, pada tahun 2014, anak kedua dari pasangan Rumainur dan Darmawati ini meraih beasiswa dari Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Meranti untuk menimba ilmu di UGM Yogyakarta. Ia dikirim belajar ke Sekolah Vokasi Ilmu Terapan Program DIII Jurusan Ilmu Ekonomi Keuangan Daerah.

"Saya beruntung bisa mendapatkan beasiswa dari pemerintah," ujar gadis kelahiran tahun 1996 itu.

Risma berasal dari keluarga sederhana seperti kebanyakan anak-anak Kepulauan Meranti lainnya. Ayahnya buruh potong karet sementara ibunya adalah ibu rumah tangga. Namun demikian, ia tak ingin orang memandangnya karena iba. Ia ingin dipandang karena telah berkarya.

Gadis berkerudung itu memang tekun belajar dan aktif dalam berbagai kegiatan kampus. Pada tahun 2016 lalu dia mewakili kampusnya dalam Konferensi Mahasiswa se-Asia Pasifik di Malaysia. 

Tidak hanya itu, alumni SMAN 1 Selatpanjang ini juga masuk dalam delegasi Indonesia untuk Model Asean Meeting di Manila atau summit mahasiswa tingkat Internasional (Asean Student Summit). 

"Hanya yang terpilih saja yang mendapat kehormatan menjadi delegasi. Saat itu kampus hanya mengutus enam orang ke sana," ujar Risma.

Risma tidak pernah membayangkan akan memiliki pengalaman seberharga itu. Kuncinya ada pada tekad kerja keras dan memanfaatkan peluang yang ada. Seorang anak kampung sekalipun akan mampu mewakili UGM bahkan Indonesia ke kancah internasional.

"Semua ini tidak terlepas dari dukungan orangtua, guru, dan Pemkab Kepulauan Meranti," aku Risma.

Itu baru Risma. Masih ada seratusan anak muda Meranti lain yang dikirim ke universitas-universitas ternama negeri untuk menuntut ilmu. Sebagian dari mereka kini balik kampung membantu pemerintah kabupaten sebagai tenaga terampil. Sebagiannya lagi berpencar meniti karier di berbagai perusahaan dan memilih mengabdi pada daerah dengan cara mereka sendiri.

"Kami punya banyak cara buat balas jasa ke Pemda," tutur wanita yang kini meniti karier di salah satu perusahaan jasa di Tanjungbalai Karimun Kepulauan Riau itu.

Rp 10 Miliar Bangun Manusia

Program beasiswa, seperti yang Rismanidar peroleh itu, mulai berjalan pada tahun 2013. Pemerintah memulainya dengan Universitas Riau (UNRI) dan Institut Pertanian Bogor (IPB). Di UNRI, Pemerintah mengirim 24 putra daerah ke program DIII Akuntansi dan 10 putra daerah ke program S1 PAUD. Sementara untuk IPB, Pemerintah mengirim 25 orang bersekolah di Program DIII Pertanian. 

Pada tahun 2014, Pemerintah kembali melanjutkan program beasiswa tersebut dengan mengirimkan 27 putra daerah bersekolah di Program DIII Ekonomi Keuangan Daerah Universitas Gadjahmada (UGM) dan 29 putra daerah ke Program DIII Teknik Sipil Politeknik Negeri Bandung (Polban).

Program beasiswa ini berhenti di tahun 2015 dan 2016 karena anggaran yang tak memadai. Program ini baru berlanjut di tahun 2017. Pemerintah menyekolahkan 20 orang putra daerah ke Batam Tourism Polytechnic (BTP) di jurusan Room Division.

Total, sudah ada 135 putra daerah yang melanjutkan sekolah ke jenjang pendidikan tinggi melalui program beasiswa dari Pemkab. Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kepulauan Meranti mencatat, sejak program tersebut dimulai hingga kini, anggaran yang telah pemerintah gelontorkan mencapai Rp 10 miliar. 

Besar? Tentu saja. Namun, program tersebut juga telah memberi andil bagi pembangunan manusia di kabupaten termuda di Provinsi Riau ini. Indeks Pembangunan Manusia (IPM) merupakan alat ukur keberhasilan sebuah pemerintahan dalam melaksanakan pembangunan.

Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS), angka IPM Kepulauan Meranti terus mengalami peningkatan meski tidak terlalu signifikan. 

Tahun 2010 lalu, IPM Meranti masih di angka 59.71, lalu naik menjadi 60.38 di tahun 2011 dan naik lagi di tahun 2012 menjadi 61.49. 

Tren kenaikan IPM ini terus terjadi pada tahun 2013 sebesar 62.53, menjadi 62.91 di tahun 2014 dan di tahun 2015 tercatat sebesar 63.25. Begitu juga di tahun 2016, angkanya naik menjadi 63.9 dan di tahun 2017 meningkat lagi ke angka 64.7.

Kepala Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (Bappeda) Kepulauan Meranti, Ir Mamun Murod, MM, MH menyebutkan, pembangunan IPM, yang di dalamnya terbagi menjadi sektor pendidikan, kesehatan dan ekonomi (kemiskinan), sudah ditopang oleh misi-misi pemerintahan Irwan ke depan.

"Visi dan misi inilah yang menjadi pedoman kita dalam menyusun Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD)," jelas Murod.

Untuk itu, seluruh Organisasi Perangkat Daerah (OPD) harus menyusun usulan rencana kegiatan yang sejalan dengan RPJMD. Tujuannya agar pembangunan yang dilaksanakan jadi terarah dan efektif.

"Semua usulan itu akan di-screening, jika tidak sesuai akan dihapus. Itu tugas kita untuk mengawalnya," tegas pejabat Meranti yang sedang menyelesaikan studi doktoral itu.

Pembangunan SDM Tidak Bisa Ditawar-tawar

Bupati Irwan memang terdengar ngotot saat hendak menyekolahkan sejumlah putra-putri daerah ke beberapa universitas ternama di Indonesia. Ini karena dia menilai pembangunan daerah tidak akan bisa dipisahkan dari pembangunan Sumber Daya Manusia (SDM).

"Tanpa SDM yang kuat, sebesar apapun sumber daya alam (SDA) yang dimiliki, tetap tak akan bisa mensejahterakan masyarakatnya," katanya. 

Bupati pertama Meranti itu mencontohkan Yogyakarta dan Riau. Menurutnya provinsi yang menyandang status Daerah Istimewa (DI) tersebut tidak memiliki SDA yang banyak, namun kesejahteraan masyarakatnya lebih tinggi dibanding Provinsi Riau yang terkenal sebagai penghasil minyak terbesar kedua di Indonesia.

"Kita punya minyak, timah, sawit tapi Jogja lebih sejahtera, itu karena SDM nya sangat berkualitas. Makanya pembangunan SDM tidak bisa ditawar-tawar," ujarnya.

Sebagai bupati terpilih pertama Kepulauan Meranti dan kembali mendapatkan amanah untuk periode kedua, Irwan memiliki tanggungjawab besar meletakkan pondasi pembangunan di daerah. Terkhusus dunia pendidikan dengan terus menjaga porsi anggaran di APBD sebesar 20 persen.

"Kita mulai dengan mempermudah masyarakat ke akses pendidikan, baik dengan memperbanyak sekolah maupun membangun jalan untuk anak-anak kita agar mudah bersekolah," terang Bupati.

Bukan hanya pada pendidikan dasar dan menengah, perhatian Pemkab juga mengarah pada putra-putri daerah yang melanjutkan belajar ke perguruan tinggi. Mulai dari program beasiswa untuk ribuan mahasiswa berprestasi, kurang mampu dan bantuan skripsi yang diberikan setiap tahun. Pun juga beasiswa dengan menguliahkan anak daerah hingga tamat.

"Mereka ini generasi penerus kita yang akan mengisi pembangunan daerah kedepannya. Yang berkuliah di sipil akan mengisi tenaga ahli di Dinas PU, ekonomi akan membantu pengelolaan keuangan daerah, pertanian akan membantu petani sebagai tenaga penyuluh," ucap Irwan.

Sepuluh tahun bukanlah waktu yang panjang bagi sebuah daerah pemekaran untuk tegak sama tinggi dengan kabupaten dan kota lainnya. Kota Sagu masih terpuruk sebagai kabupaten termiskin dan paling terisolir di Provinsi Riau. Namun paling tidak upaya-upaya menjadikan Meranti gemilang dan terbilang telah dimulai pemerintah.

Wan Abu Bakar, salah seorang yang membidani lahirnya Kepulauan Meranti 2008 lalu mengakui, telah banyak perubahan yang terjadi di Meranti. Terutama dari segi infrastruktur. Meskipun masih terkesan tersentralisasi di ibukota Selatpanjang.

"Jika kita bandingkan Meranti ini dengan sepuluh tahun yang lalu, sudah banyak sekali perubahannya," sebut anak watan Meranti itu.

Lelaki yang pernah menjabat Plt Gubernur Riau dan memberikan rekomendasi atas pemekaran Meranti ini menilai, belum semua yang dicita-citakan masyarakat telah terpenuhi dalam satu dekade ini. Namun dia berharap seluruh kalangan untuk bersatu padu bersama pemerintah membangun Kepulauan Meranti.

"Memang masih banyak yang harus dibenahi di sana-sini seperti cita-cita awal pemekaran. Tapi saya melihat pemerintah kabupaten sudah menuju kearah sana," aku mantan Anggota DPR RI itu.

Semua anggaran yang digelontorkan membangun SDM di Meranti memang tidak serta merta mengubah keadaan saat ini juga. Tapi, paling tidak, generasi yang akan datang akan memiliki masa depan yang lebih baik. Seperti yang Rismanidar cita-citakan, "Lima tahun lagi, saya akan jadi Bupati." ***



[Ikuti RiauTime.com Melalui Sosial Media]






Tulis Komentar

Untuk Berbagi Berita / Informasi / Peristiwa
Silahkan SMS ke nomor HP : 082387131915
atau email ke alamat : [email protected]
Harap camtumkan detail data diri Anda
Pengutipan Berita dan Foto, Cantumkan RiauTime.com Sebagai Sumber Tanpa Penyingkatan