Opini

Tenas Effendy Tokoh Tauladan dari Tanah Melayu, Oleh: Tiara Febriana Nasution

Penulis : Tiara Febriana Nasution
Mahasiswa Universitas Riau Program Studi Budidaya Perairan

Anak Melayu mungkin tidak asing dengan sebuah buku berjudul Tunjuk Ajar Melayu (TAM) yang pasti mudah ditemukan di perpustakaan sekolah ataupun daerah. Buku itu merupakan salah satu karya yang dihasilkan budayawan dari tanah melayu, yang kita kenal dengan nama Tenas Effendy. 

Lahir di Dusun Tanjung Malim, Desa Kuala Panduk  pada 9 November 1936 dengan nama asli Tengku Nasaruddin Said Effendy adalah seorang sastrawan dan budayawan dari Pelalawan, Riau. Tenas Effendy mengumpulkan tafsir-tafsir empirik dan kitab-kitab otoritatif yang tanpak kontradiktif dengan kondisi kenyataan yang dinamis. Ia mampu mengambil intisari dari tafsir-tafsir tersebut lalu kemudian dipadukan dengan kelaziman sastrawi. Ia seperti sosok pengembara peradaban yang mampu terus bercerita dalam merawat tradisi dan kebudayaan melayu melalu seni baca tulis.

Melalui tulisan dan petuahnya dalam Tunjuk Ajar Melayu, Tenas Efendy memberikan semangat dan panduan kepada masyarakat dalam mempraktekkan sendi kehidupan berdasarkan kearifan Melayu. TAM ditetapkan sebagai warisan budaya tak benda (WBTB) Indonesia tahun 2017. TAM berisi pernyataan yang bersifat khas, mengandung nilai nasihat dan petuah, amanah, petunjuk dan pengajar serta contoh teladan yang baik. Dapat mengarahkan manusia pada kehidupan yang benar dan baik serta dalam keridhaan Allah untuk mendapatkan kehidupan yang bahagia di dunia dan akhirat.

Tenas Effendy merupakan salah seorang yang dapat digolongkan sebagai orang yang “ekstra produktif”. Mulai akhir tahun 1950-an, beliau banyak menulis naskah-naskah drama berlatar mitos, legenda dan sejarah Melayu Riau, baik untuk dipentaskan maupun untuk disiarkan melalui Radio Republik Indonesia (RRI) Pekanbaru. Oleh lingkungan seniman pada masa itu, lakon dan pementasannya disebut ‘drama klasik’. Sebagai seorang sastrawan, Tennas Effendy telah menulis 60 judul lakon radio dan 30 judul lakon pentas.

Dari perjalanan panjangnya berkecimpung dengan kajian kebudayaan dan aktivitasnya dalam menulis, Beliau berhasil mengumpulkan lebih kurang 20.000 ungkapan, 10.000 pantun, dan tulisan-tulisan mengenai kebudayaan Melayu. Dari sekian banyak karya tulis monumental Tenas Effendy, maka tidak heran jika beliau telah mendapat berbagai penghargaan dan pengakuan membuat namanya harum di negara serumpun melayu. Bahkan berkat kepiawaiannya dalam menulis dan pengetahuannya yang mendalam tentang kebudayaan juga menarik minat banyak institusi untuk berbagi pemikiran dalam bentuk makalah tentang melayu untuk berbagai seminar, simposium, dan lokakarya mulai dari Malaysia, Singapura, Brunei, Thailand Selatan, Filipina Selatan, Madagaskar, sampai ke Belanda. Beliau adalah tokoh sastrawan yang harum namanya di negara serumpun melayu.

Tenas Effendy menghembuskan nafas terakhir tepat pada usia 79 tahun di Rumah Sakit Umum Arifin Ahmad, Pekanbaru, Riau, dini hari, 28 Februari 2015  akibat infeksi paru-paru yang dideritanya. Tenas pergi meninggalkan satu orang istri, delapan anak, 19 cucu dan satu cicit. Meski begitu, karya-karya seorang Tenas Effendy tidak akan pernah lekang usang dimakan waktu akan selalu menjadi kebanggaan masyarakat di bumi melayu, Riau.



[Ikuti RiauTime.com Melalui Sosial Media]






Tulis Komentar

Untuk Berbagi Berita / Informasi / Peristiwa
Silahkan SMS ke nomor HP : 082387131915
atau email ke alamat : [email protected]
Harap camtumkan detail data diri Anda
Pengutipan Berita dan Foto, Cantumkan RiauTime.com Sebagai Sumber Tanpa Penyingkatan