Opini

Kekayaan Tradisi di Tanah Melayu, Oleh: Tiara Febriana Nasution

Penulis : Tiara Febriana Nasution
Mahasiswa Universitas Riau

Bumi Lancang Kuning dihuni oleh dominasi Suku Bangsa Melayu, baik itu suku Melayu asli maupun pendatang dari sisi Semenajung Tanah Melayu lainnya. Dalam masyarakat tradisi Alam Melayu, konsep adat merefleksikan keterikatan makna hubungan antar sesama manusia, alam sekitar, termasuk bumi dan segala isinya, alam sosiobudaya, dan alam gaib. Setiap hubungan itu seringkali diekspresikan melalui sikap, aktivitas, dan upacara adat.

Adat ditujukan guna menjaga keharmonisan tradisi turun-temurun, warisan yang telah melekat dalam kepercayaan Bangsa Melayu, berupa arti intisari eksistensi sesuatu, dasar ukuran buruk dan baik, peraturan hidup seluruh masyarakat, maupun tata cara perbuatan serta perjalanan etnis setempat yang dipatuhi selayaknya hukum adat yang melekat menjadi kearifan lokal yang utuh.

1. Tradisi Pemanfaatan Alam Sekitar
Sejak dahulunya Suku Bangsa Melayu banyak bergantung pada hasil alam baik itu dari sungai Siak berupa hasil tangkapan ataupun hasil bertani dan berkebun dengan cara membuka lahan di sekitar hutan di wilayah desa.
a. Menanam Rumbia
Salah satu tradisi Orang Melayu dalam menjaga keseimbangan lingkungan adalah dengan cara berladang di daerah rawa-rawa mempunyai kebiasaan menanam rumbia dan rumbai di tepi ladang. Tanaman rumbia telah membuat ladang mendapat cadangan simpanan 
air ketika tiba musim kemarau karena tanaman ini dapat menyimpan air. Sementara itu, rumbia dapat dijadikan barang anyaman, diantaranya dibuat jadi ago untuk alat pengangkut padi. Pohon-pohon rumbia lebih banyak lagi kegunaannya. Daun rumbia dijadikan atap, sedangkan sagunya bisa diolah menjadi bahan makanan kalau ladang mereka tidak selamat.

b. Madu Sialang
Tradisi lain untuk menjaga kelestarian lingkungan seperti mejaga pohon sialang, pohon yang menjadi tempat bersarang lebah. Kayu sialang ada yang berupa cempedak air (tumbuh di tebing sungai) kayu ara, kempas, suluh batang dan sebagainya. Mengambil madu lebah tidak boleh sembarangan. Lebah tidak boleh dibinasakan untuk mengambil madunya. Untuk kepentingan ini diadakan suatu upacara yang dipimpin oleh seorang Dukun dan perangkatnya, yang diberi tugas mengambil madu lebah. Dia dapat mengambil madu lebah dengan aman dengan mendekatkan asap tunam kepada lebah. Ketika lebah kena oleh asap, maka lebah menghindar dengan demikian madunya mudah diambil.

c. Pemanfaatan Rotan
Rotan merupakan hasil hutan yang banyak dimanfaatkan orang Orang Melayu. Ada bermacam penamaan rotan yang diberikan oleh orang Orang Melayu yang dibuat berdasarkan fungsi serta ukuran rotan tersebut. Penyebutan tersebut antara lain; dahanang, tobu, manau, rumbai, simambu, balam, getah, lidi dandahanan. Orang Melayu memanfaatkan rotan selain digunakan untuk membuat perlatan rumah tangga juga dijual guna memenuhi kebutuhan ekonomi mereka sehari-hari. Rotan digunakan untuk membuat peralatan-peralatan yang
digunakan sehari-hari seperti ambung.bakul, tikar , pelanyalaian, sanggai, atau dan lukah, 
serta digunakan untuk pengikat/ tali dalam membuat susudung dan dan lain sebagainya. 

d. Tradisi Menanam Kelapa
Orang Melayu mempunyai tradisi menanam pohon kelapa sebagai sumber penghidupan. Pohon Kelapa yang ditanam mempunyai fungsi produktif dalam kosumsi kehidupan sehari -harinya. Pohon kelapa mempunyai multi fungsi. Misalnya buah isinya dijadikan santan memasak gulai, dapat dijadikan minyak goreng. Tempurung kelapa dapat dijadikan sebagai arang, bahan untuk pemanas penggosok, daun kelapa berfungsi untuk membuat atap dan anyaman, lidi daun kelapa untuk membuat sapu, batang kelapa sebagai tongkat rumah, umbi kelapa dijadikan bahan makan.

e. Kenduri Air
Memiliki tujuan untuk mewujudkan kearifan lokal masyarakat yang tinggal diperkotaan untuk peduli terhadap air. Kepedulian dan rasa syukur terhadap air itu yang kemudian diselaraskan dengan nilai-nilai budaya yang hidup dalam masyarakat Melayu.

f. Tradisi Batobo Mancokau
Panen ikan di Lubuk Larangan. Tradisi ini merupakan saat-saat yang sangat ditunggu warga di sana. Tidak jarang pula warga luar daerah juga hadir untuk melihat arifnya warga di sana melestarikan sungainya. Tradisi Batobo Mancokau akan diselenggarakan berdasarkan kesepakatan ninik mamak dengan memperhatikan kondisi cuaca, yakni pada saat memasuki musim kemarau.

g. Pacu Jalur
Perlombaan dayung di sungai menggunakan perahu panjang yang terbuat dari kayu pohon yang ada di Riau dinamakan Pacu Jalur. Panjang perahu pacu jalur bisa mencapai 25 hingga 40 meter dan lebar bagian tengah kir-kira 1,3 m sampai dengan 1,5 m, dalam bahasa penduduk setempat, kata Jalur memiliki arti Perahu. Perlombaan pacu jalur setiap tahunnya diadakan sekitar tanggal 23-26 Agustus, diadakan Festival Pacu Jalur sebagai sebuah acara budaya masyarakat tradisional Kabupaten Kuantan Singingi, Riau bertepatan dengan perayaan Hari Kemerdekaan Republik Indonesia.

2. Tradisi Kelahiran
Kelahiran seorang anak telah dipandang oleh orang Melayu sebagai suatu berkah daripada Allah SWT. Kelakuan sang anak yang bernada jenaka akan menjadi pelipur hati sedangkan perangainya yang menjunjung akhlak mulia akan menjadi penyejuk pandangan mata. Sebab itu kelahiran anak amatlah diperhatikan. Ketika ibunya sedang mengandung banyak kebaikan yang dianjurkan serta beberapa larangan yang harus dihindarkan. Ini semuanya, agar anak yang lahir kelak, merupakan anak yang sehat rohani dan jasmani. Dan lebih dari itu anak yang tahu berbakti kepada ibu-bapak, taat menjalankan agama islam sehingga menjadi anak yang saleh, yang akan selalu mendoakan kebajikan 
bagi ibu-bapanya, terlepas dari azab kubur dan siksa pada hari kiamat.

Manusia dipandang oleh orang Melayu berasal dari ciptaan Allah dan akan kembali kepada-Nya.
Karena itu, begitu anak manusia lahir maka hendaklah segera diperkenalkan Tuhan itu kepadanya. Setelah anak itu selamat dilahirkan, lalu baringkan di tempat tidur. Kemudian bisikkanlah suara azan pada telinga kanan dan suara igamah pada telinga sebelah kirí. Bacaan itu member kias, bahwa anak yang lahir telah memulai pendengarannya dengan pendengaran yang baik yaitu nama Allah dan panggilan menunaikan ibadah sembahyang, sebagai syariat yang utama dalam agama islam.

Upacara turun mandi dapat dilakukan setelah anak berumur seminggu. Anak yang baru lahir ini ada yang menyebutnya bayi, tapi juga ada yang menyebutnya upiang. Dalam upacara turun mandi ibu dan bayi dibawa ke sungai atau perigi yang dimandikan oleh bidan. Ada berbagai bahan dari peralatan yang dipakai bidan dalam upacara itu. Diantarnya ada juga yang memandikan ayam setelah ibu dan bayi dimandikan. Ada pula yang menghanyutkan patung, memasukkan lading ke dalam air, menanam keladi pada tepian dsb.

Upacara turun mandi di tepian kira-kira berlangsung satu jam. Setelah itu anak diambil oleh bidan, lalu kembali ke rumah bersama dengan ibunya. Di rumah anak ditidurkan di atas buaian.

Sementara itu dihidangkan minuman dan makanan kepada hadirin, sebagai tanda suka cita. Dalamhidangan ini sering dihidangkan ketupat. Sesuai minum-makan itu dibacakan doa sebagai tanda bersyukur kepada Allah serta untuk mendapatkan keselamatan selanjutnya.

3. Tradisi Nikah-Kawin
Nikah-kawin terjadi tentu saja berawal dari sentuhan pandang memandang. Dalam hal ini besar kemungkinan bermula dari sentuhan pandangan antar lelaki (anak bujang) dengan perempuan (anak gadis). Tapi juga bisa terjadi dari pandangan ibu-bapa atau kaum kerabat yang berminat untuk mencarikan jodoh anaknya. Bila seorang anak bujang memberitahukan gadis pujaannya kepada ibu-
bapanya maupun kaum kerabat memandang ada seorang anak gadis yang patut menjadi jodoh anaknya, maka pihak keluarga lelaki mulailah melakukan semacam kegiatan yang bernama merisik.

a. Merisik
Salah satu keluarga atau seseorang diutus oleh pihak calon pengantin pria untuk meneliti atau mencari informasi mengenai salah satu keluarga keluarga lain yang mempunyai anak gadis. Tugas yang diamatkan adalah untuk mengetahui apakah anak gadis tersebut dapat dilamar, atau belum mempunyai îkatan dengan orang lain. Selain itu, utusan akan melakukan pembicaraan tentang kemungkinan pihak pria untuk melamar. Utusan tersebut tentunya menanyakan berapa mas kawin/mahar dan persyaratan apa saja yang diminta oleh keluarga wanita.

b. Meminang
Meminang dalam istilah Melayu sama dengan melamar. Acara ini diselenggarakan pada hari yang telah disepakati bersama, setelah melalui penentuan hari baik menurut perhitungan adat serta orangtua. Pihak keluarga calon pengantina pria yang dipimpin oleh keluarga terdekat akan melaksanakan lamaran secara resmi kepada keluarga calon pengantin wanita. Biasanya acara 
meminang ini diungkapkan dengan berbalas pantun. Secara tradisi, pihak keluarga pria membawa sejumlah tepak sirih-paling sedikit 5 buah; terdiri dari tepak pembuka kata, tepak merisik, tepak meminang, tepak ikat janji, tepak bertukar tanda dan beberapa tepak pengiring.

c. Berinai
Biasanya berlangsung pada suatu hari atau satu malam sebelum acara akad nikah. Melalui serangkaian adat, calon pengantin wanita didudukan di atas pelaminan. Rangkaian acara berinai diawali dengan acara tersendiri yakni khatam A-Qur'an yang dilaksanakan oleh keluarga
terdekat. Selanjutnya, calon pengantin wanita akan melaksanakan upacara di-Tepung Tawari. 

Ritual Tepuk Tepung Tawar adalah suatu upacara adat budaya Melayu peninggalan para raja terdahulu. Pemberian "tepung tawar" kepada calon mempelai biasanya diiringi derngan doa dan harapan dipimpin oleh yang dituakan; dilakukan oleh orangtua, sesepuh dan tokoh-tokoh adat yang dihormati. Selanjutnya, calon pengantin wanita akan diberi daun inai yang telah ditumbuk halus pada kuku- kuku jari tangan dan kakinya. Malam ber-inai lazim dimeriahkan dengan 
iringan bunyi bunyian seperti gendang dan yanyian lagu-lagu Melayu lama, ataupun diadakan tari gambus.

d. Berandam
Upacara berandam lazim dilakukan setelah malam berinai yaitu keesokan harinya. Tujuannya untuk menghapuskan/membersihkan sang calon pengantin dari "kotoran" dunia sehingga hatinya menjadi puti?h dan suci.

Berandam pada hakikatnya adalah melakukan pencukuran bulu roma pada wajah dan tengkuk calon pengantin wanita sekaligus juga membersihkan mukanya.

e. Menikah (Akad Nikah)Pada hari yang telah ditentukan, calon nmempelai pria diantar oleh rombongan keluarga 
menuju ke tempat kediaman calon pengantin wanita.

Biasanya calon memnpelai pria berpakaian haji (memakai topi haji dan jubah). Kedatangan keluarga mempelai pria sambil membawa mahar atau mas kawin, tepak sirih adat, barang hantaran atau seserahan yang telah disepakati sebelumnya. Selain itu, juga menyertakan barang-
barang pengiring lainnya seperti kue-kue dan buah-buahan. Prosesi berilkutnya adalah pelaksanaan akad nikah.

f. Bersanding
Upacara ini dilaksanakan setelah resmi akad nikah. Prosesi bersanding merupakan acara resmi bagi kedua pengantin akan duduk di atas pelaminan yang sudah dipersiapkan. Terlebih dahulu pengantin wanita didudukan di atas pelaminan, dan menunggu kedatangan pengantin pria. 

Kehadiran perngantin pria diarak dengan upacara penyambutan dan berbalas pantun. Rangkaian prosesi bersanding yakni acara penyambutan pengantin pria, Hampang Pintu, Hampang Kipas, dan Tepung Tawar. Kehadiran pengantin pria beserta rombongan pengiring dalam jumah cukup banyak, terdiri dari:
- Barisan Pulut Kuning beserta hulubalang pemegang tombak kuning.
- Wanita (Ibu) pembawa Tepak Sirih. 
- Wanita (Tbu) pembawa beras kuning (Penabur). 
- Pengantin pria berpakaian lengkap 
- Dua orang pendamping mempelai pria, mengenakan pakaian adat Teluk Belanga. 
- Pemegang payung kuning
- Orang tua mempelai pria.
- Saudara-saudara kandung pengantin pria.
- Kerabat atau sanak keluarga Kedatangan rombongan disambut pencak silat dan Tarian
Penyambutan.

Di pintu gerbang kediaman mempelai wanita, dilaksanakan ritual saling tukar Tepak Sirih dari kedua pihak keluarga mempelai, sambil berbalas menaburkan beras kuning. Selanjutnya, dilakukan acara "Hempang Pintu" (berbalas pantun) oleh juru bicara pengantin. Saat itu, pihak keluarga mempelai perempuan telah menghempang kain sebagai "penghalang" di depan pintu tempat upacara. selendang baru akan dibuka setelah pihak mempelai pria terlebih dulu menyerahkan Uncang (kantong pindit) kepada pihak pengantin wanita. Ritual ini disebut sebagai "Hempang Pintu".

Sesampainya di depan pelaminan, pihak mempelai pria kembali dihadang oleh pihak mempelai wanita. selanjutnya dilaksanakan berbalas pantun, yang intinya pihak pria meminta ijin bersanding dipelaminan bersama pengantin wanita. Setelah menyerahkan uncang (kanong pindit) berisi uang, maka kain penghalang dibuka, dan mempelai pria siap bersanding di pelaminan. Kedua mempelai duduk di pelaminan, selanjutnya dilaksanakan upacara Tepung
Tawar.

g. Tepuk Tepung Tawar
Ritual adat ini merupakan ungkapan rasa syukur dan pemberian doa harapan kepada kedua mempelai, yang dilakukan oleh para sesepuh keluarga dan tokoh adat. Dengan cara menepukan daun-daunan (antara lain daun setawar, sedingin, ganda rusa, sirih, hati-hati, sijuang, dan seterusnya) yang diikat jadi satu dan telah dicelup ke air harum serta beras kunyit sangrai, lalu ditepukan kepada kedua mempelai.

Kelengkapan penabur ini biasanya menggunakan bahan seperti beras basuh, beras putih, beras kunyit, ataupun beras kuning serta bunga rampai. Kesemua bahan ini digunakan tentunya mengandung makna mulia. Sesuai tradisi, sesepuh seusai melakukan tepuk tepung tawar akanmendapatkan bingkisan berupa "bunga telur" yakni berupa bunga yang dibuat dari kertas diikatkan pada sebatang lidi yang telah disertai telur diikat benang merah, sebagai ungkapan terimakasih dari pihak pengantin.
Namun sesuai perkembangan zaman, ungkapan terimakasih atau souvenir tersebut kini diubah bentuk maupun jenisnya, disesuaikan dengan kemajuan zaman maupun kondisi kelurga mempelai.

h. Makan Nasi Hadap – hadapan
Upacara ini dilakukan di depan pelaminan, hidangan yang disajikan untuk upacara ini dibuat dalam kemasan seindah mungkin. Yang boleh menyantap hidangan ini selain kedua mempelai adalah keluarga terdekat dan orang- orang yang dihormati.

i. Memberi hormat pada Mertua
Upacara ini dilakukan apabila di siang harinya kedua mempelai telah disandingkan di pelaminan, maka pada malam harinya dilanjutkan dengan acara memberi hormat pada mertua. Pengantin laki-laki dan wanita dengan diiringi oleh rombongan kerabat pengantin wanita berkunjung ke rumah orangtua pengantin laki-laki dengan membawa beraneka hidangan tertentu.

j. Berdimbar ( Mandi Taman)
Seusai acara bersanding. keesokan harinya diadakan acara Mandi Berdimbar. Biasanya dilaksanakan pada sore atau malam hari. Mandi Berdimbar ini dilaksanakan di depan halaman rumah yang dipercantik dengan hiasan-hiasan dekoratif khas Melayu. Ritual "memandikan" 
kedua mempelai ini cukup meriah, karena juga disertai acara saling menyemburkan air.

Undangan yang hadir pun bisa ikut basah, karena seusai menyirami pengantin kemudian para undangan biasanya juga akan saling menyiram.



[Ikuti RiauTime.com Melalui Sosial Media]






Tulis Komentar

Untuk Berbagi Berita / Informasi / Peristiwa
Silahkan SMS ke nomor HP : 082387131915
atau email ke alamat : [email protected]
Harap camtumkan detail data diri Anda
Pengutipan Berita dan Foto, Cantumkan RiauTime.com Sebagai Sumber Tanpa Penyingkatan