Opini

Adat Melayu, Oleh: Angelia Nabila

Nama Penulis : Angelia Nabila
Universitas Riau
Jurusan Budidaya Perairan

Adat Melayu merupakan nukleus dari peradaban atau sivilisasi Melayu. Dapat ditafsirkan bahwa adat dalam kebudayaan Melayu ini, telah ada sejak manusia Melayu lahir. Adat Melayu selalu dikaitkan dengan bagaimana manusia mengelola dirinya, kelompok, serta hubungan manusia dengan alam (baik alam nyata maupun gaib), dan hubungan manusia dengan Sang Pencipta. Dengan demikian adat memiliki makna yang “sinonim” dengan kebudayaan. Kebudayaan Melayu merupakan salah satu pilar penopang kebudayaan nasional Indonesia. Budaya Melayu tumbuh subur dan kental di tengah-tengah masyarakat Indonesia. Budaya Melayu identik dengan agama, bahasa, dan adat-istiadat merupakan integritas yang solid. Adat Melayu menjelaskan konsep satu dari keseluruhan cara hidup orang Melayu di alam Melayu.  Masyarakat Melayu mengatur kehidupan mereka dengan adat agar setiap masyarakat hidup beradat, seperti adat alam, hukum adat, adat beraja, adat bernegeri, adat berkampung, adat memerintah, adat berlaki-bini, adat bercakap, dan sebagainya. 

Asal usul melayu kuno sangat sulit ditemui dikarenakan sumber-sumber yang tidak banyak di jumpai, baik sumber tulisan maupun sumber lisan. Namun dapat dilihat bukti dari ciri-ciri yang terdapat dari karakteristik manusia. Peninggalan seperti rumah, bukti-bukti lain dapat dilihat dari sebuah perkampungan yang adan yang dikenal dengan Wanua, yang memiliki cirri rumahnya bertiang, terbuat dari kayu, dan mempunyai ruang/bilik-bilik yang besar bahkan telah memiliki ruang ibadah. Begitu juga dengan bahasa yang di ucapkan seharihari tidak jauh berbeda dan hanya memiliki perbedaan dialek. Hal lain yang dapat dibuktikan untuk mengetahui asal usul Melayu Kuno yakni dengan mempelajari peninggalan rangka manusia dari Sumetera, Semenanjung Malayu, Sumsel, Jambi, Riau, Bengkulu dan lain-lain. Keanekaragaman masyarakat Melayu Kuno dapat menciptakan berbagai kebudayaan atau tradisi yang berbeda walaupun mereka berasal dari ras yang sama. Secara garis besar bahwa asal usul Melayu Kuno memiliki ciri-ciri atau karakteristik fisik yang hampir sama yakni kepala bundar, nuka lebar, lengan pendek, tinggi badan berkisar pendek hingga tinggi, giginya menonjol ke depan. Karena mereka berasal dari percampuran ras Mongolid dan Australomelanesia berdasarkan pandangan Anthropologi. Berdasarkan pandangan Anthropolog sepakat bahwa pada saat ini 3 ras yang dapat di buktikan antara lain Negrid, Mongoloid, dan Kaurasial. Mengenai suku melayu sering dipadankan pada suku bangsa Melayu dan kebudayaan Melayu dalam hal ini, dapat dibuktikan dengan sisa-sisa peninggalan dan pengaruh Melayu yang ada hubungannya dengan Jambi, dan erat kaitanya dengan Kerajaan Sriwijaya

       Menurut Koentjaraningrat sebagaimana dikutip Abdul Chaer dan Leonie Agustina dalam buku Sosiolinguistik bahwa bahasa bagian dari kebudayaan. Jadi, hubungan antara bahasa dan kebudayaan merupakan hubungan yang subordinatif, di mana bahasa berada di bawah lingkup kebudayaan. Namun pendapat lain ada yang mengatakan bahwa bahasa dan kebudayaan mempunyai hubungan yang koordinatif, yakni hubungan yang sederajat, yang kedudukannya sama tinggi. Bahasa adalah sebuah sistem, artinya, bahasa itu dibentuk oleh sejumlah komponen yang berpola secara tetap dan dapat dikaidahkan. Sebagai sebuah sistem, bahasa bersifat sistematis dan juga bersifat sistemis. Sistematis artinya bahasa itu tersusun menurut suatu pola tertentu. Sistemis artinya bahasa tersebut bukan merupakan sebuah sistem tunggal, melainkan terdiri dari sejumlah subsistem. Sistem bahasa yang dimaksud di atas adalah berupa lambang-lambang dalam bentuk bunyi yang lazim disebut bunyi ujar atau bunyi bahasa. Setiap lambang bahasa mengandung sesuatu yang disebut makna atau konsep. Bahasa sebagai sebuah lambang bunyi yang bersifat manasuka (arbitrer), konvensional, produktif serta dinamis mempunyai banyak fungsi. Menurut Dell Hymes (1964) ada lima fungsi bahasa, yaitu
 (1) menyesuaikan diri dengan norma-norma sosial,
 (2) menyampaikan pengalaman tentang keindahan, kebaikan, keluhuran budi,
 (3) mengatur kontak sosial,
 (4) mengatur perilaku, dan
 (5) mengungkapkan perasaan.
             Secara khusus banyak ahli yang mengembangkan fungsi-fungsi bahasa sesuai dengan sarana penggunaannya. Namun, pada dasarnya, bahasa dapat berfungsi sesuai dengan keinginan sang penggunanya bila bahasa yang digunakan dalam berkomunikasi dapat menyampaikan maksud atau memberikan informasi bagi orang lain yang diajak berkomunikasi. Dalam kehidupan bermasyarakat, banyak model penggunaan bahasa yang dilakukan oleh manusia, model bahasa yang digunakan tersebut tentunya akan memiliki fungsi dan dampak yang berbeda-beda. Sejauh mana model bahasa tersebut akan berpengaruh terhadap fungsi penggunaan bahasa dan hubungan bahasa dengan kebudayaan akan coba kita bahas dalam bagian ini. Telah dikukuhkan oleh para ahli bahasa bahwa bahasa sebagai alat komunikasi secara genetis hanya ada pada manusia. Implementasinya manusia mampu membentuk lambang atau memberi nama guna menandai setiap kenyataan, sedangkan binatang tidak mampu melakukan itu semua. Bahasa hidup di dalam masyarakat dan dipakai oleh warganya untuk berkomunikasi. Kelangsungan hidup sebuah bahasa sangat dipengaruhi oleh dinamika yang terjadi dalam setiap penutur dan berkaitan dengan segala hal yang dialami penuturnya. Dengan kata lain, budaya yang terdapat di sekeliling bahasa tersebut akan ikut menentukan wajah dari bahasa itu sendiri. Keanekaragaman bahasa (multilingualisme) tidak dapat dipisahkan dari keanekaragaman budaya (multikulturalisme). Ditinjau dari segi budaya, bahasa termasuk aspek budaya, kekayaan bahasa merupakan sesuatu yang menguntungkan. Berbagai bahasa itu akan merefleksikan kekayaan budaya yang ada pada masyarakat pemakainya (multikultural). Akan tetapi, apabila ditinjau dari segi bahasa, multilingual dapat menimbulkan permasalahan dalam berkomunikasi.
       
      Dari beberapa penjelasan diatas dapat disimpulkan bahwa kebudayaan Melayu merupakan penopang kebudayaan Indonesia. Budaya Melayu identik dengan agama, bahasa, dan adat-istiadat merupakan integritas yang solid. Masyarakat Melayu mengatur kehidupan mereka dengan adat agar setiap masyarakat hidup beradat, seperti adat alam, hukum adat, adat beraja, adat bernegeri, adat berkampung, adat memerintah, adat berlaki-bini, adat bercakap, dan sebagainya. Suku melayu sering dipadankan pada suku bangsa Melayu dan kebudayaan Melayu dalam hal ini, dapat dibuktikan dengan sisa-sisa peninggalan dan pengaruh Melayu yang ada hubungannya dengan Jambi, dan erat kaitanya dengan Kerajaan Sriwijaya. 



[Ikuti RiauTime.com Melalui Sosial Media]






Tulis Komentar

Untuk Berbagi Berita / Informasi / Peristiwa
Silahkan SMS ke nomor HP : 082387131915
atau email ke alamat : [email protected]
Harap camtumkan detail data diri Anda
Pengutipan Berita dan Foto, Cantumkan RiauTime.com Sebagai Sumber Tanpa Penyingkatan