News

Mengenang 100 Tahun Wafatnya Leutenan Oei Hi Tam, Kapitan Pertama Bagansiapiapi

Kartono selaku Ketua Peyelenggara peringatan wafatnya 100 Tahun Leutenan Oei Hi Tam menyerahkan piagam penghargaan kepada Bupati Rohil Afrizal Sintong.

BAGANSIAPIAPI - Leutenan Oei Hi Tam telah wafat selama 100 tahun lamanya tepat pada tanggal 17 Maret 2022 lalu.

Para keluarga dan keturunannya menggelar peringatan wafat sebagai bentuk terimakasih atas jasa dan pengabdiannya, Senin (21/3/2022).

Pada masanya, Leutenan Oei Hi Tam pernah ditunjuk sebagai Kapiten Titular Bagansiapiapi tahun 1911-1922. Dalam sejarahnya disebutkan bahwa Leutenan Oei Hi Tam telah banyak berkontribusi untuk pembangunan di Bagansiapiapi diantaranya mendirikan sekolah, rumah sakit, bank dan lainnya.

Peringatan wafat 100 tahun dilaksanakan di makam Oei Hi Tam, Jalan Putra, Bagansiapiai dan dihadiri langsung Bupati Rohil Afrizal Sintong, Kajari Rohil Yuliarni Appy, anggota DPRD Rohil Jaskori, para Kepala OPD, Ketua Multi Marga Tionghoa Rendi Gunawan, para keturunan dan keluarga Letnan Oei Hi Tam dan berbagai unsur lainnya.

Selaku pemerintah daerah, Bupati Rohil menyambut baik peringatan 100 tahun wafatnya Leutenan Oei Hi Tam karena memiliki nilai positif, bahwa salah satu warga Tionghoa ratusan tahun lalu sudah berkontribusi turut membangun daerah.

“Tentunya ini sangat patut dicontoh dan diikuti jejaknya oleh generasi penerus kita. Salah satunya lagi, ada warga Tionghoa dari Rohil yang sudah sukses di Jakarta, dan mereka bersama-sama siap membangun jembatan Sinaboi dengan anggaran Rp 26 Miliar,” sebutnya.

Pemda Rohil mengharapkan hal yang demikian, untuk bersama-sama membangun daerah yang dicintai ini. 

“Semoga arwah Leutenan Oei Hi Tam ditempatkan ditempat yang layak dan semakin banyak lagi muncul Leutenan Oei Hi Tam lainnya di Rohil ini,” tuturnya.

Siswaja Muljadi selaku Ketua Panitia Pelaksana dalam laporannya mengatakan, Oei Hi Tam adalah seorang kapiten pertama di Bagansiapiapi.

“Perayaan seperti ini sudah sangat wajar dilakukan sebagai bentuk terima kasih atas jasa dan pengabdiannya saat itu,” katanya. 

Oei Hi Tam merupakan tokoh sejarah yang berperan penting dalam peradaban warga keturunan Tionghoa di Kabupaten Rokan Hilir .

Dengan momen ini, sebutnya, juga sebagai pernyataan kepada pemda agar mencari data maupun fakta tentang sejarah yang telah disampaikan. Jika keberadaan dan sejarah itu benar, maka sudah selayaknya pemda memberikan penghargaan kepada Oei Hi Tam dan keluarga maupun keturunannya.

Dalam peringatan ini, tambah Siswaja, juga dilaksanakan bakti sosial pengobatan gratis, vaksinasi serta donor darah. Disamping itu, katanya, juga ada 70 paket bantuan sosial kepada masyarakat sekitar, ritual dan doa bersama para keluarga. 

Kartono Huang yang merupakan Keturunan ke 5 dalam kesempatan itu juga menyampaikan ucapan terimakasih kepada Bupati Rohil dan segenap unsur yang telah hadir dalam peringatan 100 tahun wafatnya Kapiten Oei Hi Tam.

“Semoga ke depan kita bisa membuat lagi acara sepeti ini untuk mengenang jasa dan kebaikan beliau,” ungkap Kartono.

Letnan Oei Hi Tam menjadi tokoh peradaban masyarakat Tionghoa di Bagan Siapiapi. Kematian Oei Hi Tam sempat menjadi pertanyaan di masyarakatkat luas.

Terkait hal tersebut, Kartono Huang meluruskan sejumlah informasi atas kematian Oei Hi Tam pada tahun 1922.

Kartono menjelaskan, pada tahun 1905 Oei Hi Tam menggantikan posisi ayahnya Mayor Bengkalis. Kemudian pada tahun 1908 kembali ke Bagansiapiapi sebagai pengusaha garam.

Karena sepakterjangnya yang berpengaruh di Bagan, Oei Hi Tam diangkat sebagai Kapitan pada tahun 1911 sampai 1922.

Fakta yang diungkap Kartono bahwa Oei Hi Tam meninggal karena keracunan. Dijelaskannya, Oei Hi Tam diracuni karena persaingan bisnis di Bagan Siapiapi.

“Dia (Oei Hi Tam) meninggal karena keracunan, diracuni dia karena persaingan bisnis,” ungkap Kartono.

Selama ini, dijelaskan Kartono, sempat terjadi kesalahan informasi bahwa Rumah Kapitan Oei Hi Tam disebut sebagai rumah pembunuh.

Dikatakannya, pada saat wafat Oei Hi Tam digantikan oleh sekretarisnya yaitu kapiten kedua bernama Inyo Bensan.

Memasuki masa kemerdekaan, Kapiten ketiga atau yang terakhir yaitu Lu Chin Po.

Lu Cin Po terbunuh saat peristiwa bendera tahun 1946. Hal tersebut juga membuat rumah Kapiten Oei Hi Tam sempat disebut sebagi rumah pembunuh.

Oleh karena itu, Kartono merasa perlu untuk meluruskan hal tersebut.

“Dia terbunuh saat peristiwa bendera. Jadi selama ini di kalangan masyarakat di sini banyak yang tidak tahu, jadi disebut rumah pembunuh, rumah Lo Chin Po. Sekarang saatnya kita meluruskan,” pungkasnya. (rif) 



[Ikuti RiauTime.com Melalui Sosial Media]






Tulis Komentar

Untuk Berbagi Berita / Informasi / Peristiwa
Silahkan SMS ke nomor HP : 082387131915
atau email ke alamat : [email protected]
Harap camtumkan detail data diri Anda
Pengutipan Berita dan Foto, Cantumkan RiauTime.com Sebagai Sumber Tanpa Penyingkatan