Opini

Opini Ketokohan Tentang Tenas Effendy, Oleh: Halimah

Penulis : Halimah
Prodi : Budidaya Perairan
Universitas : Universitas Riau
 
Ketokohan merupakan pengertian dari tokoh. Ketokohan sendiri mempunyai maksud dimana seseorang mempunyai peran penting dan berfungsi bahkan berjasa bagi masyarakat. Tokoh yang akan saya bahas disini adalah bapak Tenas Effendy, beliau merupakan salah satu tokoh sastrawan dan budayawan Melayu yang banyak menciptakan karya karya yang membantu orang memahami bagaimana kebudayaan Melayu. Tengku Nasaruddin Said Effendy atau yang lebih dikenal dengan Tenas Effendy, dilahirkan pada 9 November 1936 di Dusun Tanjung Malim, Desa Kuala Panduk, Pelalawan. Tengku Nasaruddin Said Effendy adalah nama pemberian dari ayahnya, Tengku Said Umar Muhammad. Sementara ibunya, Tengku Sarifah Azamah juga memberi Tenas dengan nama Tengku Nasrun Said Effendy. Dan beliau wafat pada tanggal 28 Februari  Tahun 2015 Di Pekanbaru. Dari kecil Tenas Effendy selalu mengikuti ayahnya berladang. Beragam peristiwa dan aktivitas yang berkaitan dengan kebudayaan yang dilakukan oleh masyarakat di desa nya dapat disaksikan secara langsung oleh Tenas Effendy, adapun kebudayaan kebudayaan nya seperti upacara penabalan Sultan Said Harun, upacara menuba ikan yaitu sebuah ritual yang juga sarat dengan adat, upacara mengambil madu yang sarat dengan magis dan kental dengan ritual kebudayaan asli,dan berbagai aktivitas budaya lainnya .
 
Kebiasaan dalam mendengar, melihat dan mengamati berbagai budaya secara berangsur angsur membuat Tenas Effendy menyerap berbagai unsur budaya tersebut. Hal inilah yang membentuk pandangan Tenas Effendy mengenai kebudayaan Melayu. Hasil pandangan Tenas Effendy pun menghasilkan karya karya yang berkaitan dengan kebudayaan Melayu yang di terbitkan di media baik dalam negri maupun luar negeri. Hasil karya beliau pun sangat terkenal terlebih lagi karya karya beliau mencakup pelajaran mengenai kebudayaan melayu yang membahas tentang bagaimana kepemimpinan Melayu, nilai nilai ,pantun serta gurindam dan lain lain yang beliau bahas dalam karya nya. Adapun beberapa karya beliau diantaranya: Ragam Pantun Melayu (Pekanbaru, 1985), Nyanyian Budak dalam Kehidupan Orang Melayu (Pekanbaru, 1986), Nyanyian Panjang Sastra Lisan Orang Petalangan (Buku I, II, III, IV, dan V Pekanbaru, 1998), Menumbai: Upacara Tradisional Mengambil Madu Lebah di Daerah Riau (Pekanbaru, 1989).
 
 Selain menjadi sastrawan beliau juga memegang beberapa jabatan penting semasa hidupnya seperti:
* Ketua Umum Lembaga Adat Melayu Riau.
* Ketua Dewan Pembina Lembaga Adat Pelalawan. 
* Pembina Lembaga Adat Petalangan. 
* Pengurus Dewan Kesenian Riau.
* Pengurus Pondok Seni Rupa Riau.
* Pengurus Masyarakat Sejarawan Indonesia Riau.
* Pengurus Badan Pembina Kesenian Daerah Riau.
* Pengurus Lembaga Karya Budaya Riau.
* Penasehat Paguyuban Masyarakat Riau.
* Memimpin Yayasan Setanggi Riau .
* Memimpin Yayasan Serindit (2001 – Sekarang).
 
Selain itu Tenas Effendy juga banyak menyumbangkan pemikiran positif mengenai kebudayaan Melayu seperti:
* Bahwa untuk menghadapi masa depan, yang penuh cabaran dan tantangan diperlukan budaya yang tangguh untuk melandasi sikap dan perilaku masyarakat pendukungnya agar menjadi manusia tangguh. Oleh karena itu, budaya Melayu yang memiliki nilai-nilai luhur yang Islami yang sudah teruji kehandalannya, harus dikekalkan dengan menjadikannya sebagai “jatidiri” bagi masyarakatnya. Nilai-nilai budaya ini diyakini mampu mengangkat marwah, harkat dan martabat kemelayuan dalam arti luas. Di dalam resam Melayu, nilai-nilai yang dimaksud dipaterikan ke dalam ungkapan-ungkapan adat, yang disebut sebagai “Sifat yang Duapuluh Lima”, atau “pakaian yang Duapuluh Lima”. Jika sifat atau pakaian itu dijadikan sebagai “jatidiri” , tentu akan menjadi “orang” yang “sempurna” lahiriah dan batiniah.
 
* Bahwa untuk menjaga nilai kegotoroyongan, nilai tenggang rasa, dan nilai keberasamaan dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara, maka yang perlu dilakukakan adalah menjaga nilai-nilai asas persebatian Melayu (Perekat Kehidupan Bermasyaraka, Berbangsa dan Bernegara). Hal ini selaras dengan ungkapan adat Melaya yang mengatakan: Hidup sebanjar ajar mengajar, hidup sedusun tuntun menuntun, hidup sekampung tolong-menolong, hidup senegeri beri memberi, hidup sebangsa rasa merasa.
 
Pengaruh pemikiran beliau tidak hanya berdampak kepada Indonesia saja, namun beberapa negara Asia Tenggara juga merasakan dampak positif mengenai pemikiran beliau. Ada 200 judul buku yang telah diterbitkan di dalam negeri atau pun luar negeri hasil karya Tenas Effendy. Selain itu beliau juga mendapatkan penghargaan semasa hidupnya seperti:
* Memperoleh Gelar adat Sri Budaya Junjungan Negeri oleh Sri Mahkota Setia Negeri Bengkalis (Bupati Bengkalis, H. Syamsurizal), di Balai Adat Melayu Bengkalis.
* Pada tahun 1997, mendapat penghargaan dari Yayasan Sagang melalui “Anugrah Sagang 1997” dalam kategori Budayawan Terbaik.
* Pada 17 September 2005, memperoleh Penghargaan gelar akademis tertinggi sebagai Doktor Honoris Causa bidang persuratan atau Kesusasteraan dari Universiti Kebangsaan Malaysia (UKM).
 
Itulah beberapa peran bahkan pengaruh positif Tenas Effendy dalam sejarah sastrawan Melayu di mana beliau merupakan sosok penting yang dapat membantu orang orang mengerti akan keanekaragaman Budaya Melayu yang telah beliau terbitkan di dalam karya karyanya. Semoga kelak anak para penerus bangsa dapat menjaga kekentalan budaya melayu sehingga kebudayaan tersebut tidak akan tercampur oleh budaya luar.
 



[Ikuti RiauTime.com Melalui Sosial Media]






Tulis Komentar

Untuk Berbagi Berita / Informasi / Peristiwa
Silahkan SMS ke nomor HP : 082387131915
atau email ke alamat : [email protected]
Harap camtumkan detail data diri Anda
Pengutipan Berita dan Foto, Cantumkan RiauTime.com Sebagai Sumber Tanpa Penyingkatan