Opini

Nilai-nilai Budaya Dalam Gurindam Tunjuk Ajar Melayu Karya Tenas Effendy, Oleh: Rahmi Febrianti

Penulis : Rahmi Febrianti
Mahasiswa Universitas Riau

Tengku Nasyaruddin Effendy atau lebih dikenal dengan nama Tenas Effendy (9 November 1936 – 28 Februari 2015) adalah budayawan dan sastrawan dari Riau. Sebagai seorang sastrawan, Effendy telah banyak membuat makalah, baik untuk simposium, lokakarya, diskusi, maupun seminar, yang berhubungan dengan Melayu, seperti Malaysia, Brunei, Singapura, Thailand Selatan, Filipina Selatan, sampai Madagaskar. Effendy sangat menjunjung tinggi dan amat peduli dengan kemajuan dan perkembangan kebudayaan Melayu.
Pada kesempatan kali ini saya akan memberikan opini saya mengenai salah satu karya Tenas Effendy yang berjudul Nilai-Nilai Budaya Dalam Gurindam Tunjuk Ajar Melayu. Pada era globalisasi banyak terjadi perubahan dan pergeseran nilai-nilai budaya di dalam masyarakat Melayu, menyebabkan gurindam dan sastra rakyat lainnya terabaikan. Masyarakat Melayu saat ini lebih tertarik membaca media sosial dibandingkan membaca karya sastra, khususnya generasi muda. Generasi muda semakin jauh dari tradisi yang dianut apalagi jika dikaitkan degradasi dan dekadensi moral yang sangat berbeda dengan anak muda pada masa lalu. Berdasarkan pengamatan penulis, tunjuk ajar Melayu dalam gurindam karya Tenas Effendy tersebut memberikan sumbangsih nilai-nilai budaya di antaranya tanggung jawab, patuh, memberi nasihat, menghormati, menyayangi, dan kesetiaan.
Gurindam merupakan salah satu dari jenis puisi yang banyak berkembang dalam masyarakat Melayu pada eranya. Gurindam merupakan salah satu bentuk sastra rakyat yang menyuarakan nilai-nilai dan kritik budaya masyarakat. Sementara itu, gurindam merupakan puisi tradisi yang sangat digemari orang Melayu karena mudah dicerna dan dihayati, serta sarat dengan nilai-nilai tunjuk ajar yang mereka jadikan acuan dalam kehidupan keseharian, berumah tangga, bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara. Kekayaan akan sastra rakyat itu bukan hanya ditandai dengan banyaknya nama, jenis, dan bentuk sastra itu, melainkan juga ditandai keberagaman isi kandungan makna di setiap sastra rakyat tersebut.
Barang siapa teguh memegang Syarak,
Dijauhkan Allah dari segala balak
(Tenas Effendy, 2013:45)
Berdasarkan kalimat gurindam di atas, terdapat nilai budaya memberi nasihat dan kesetiaan. Menurut Depdiknas (2008:1139) nasihat adalah ajaran atau pelajaran baik; anjuran (petunjuk, peringatan, teguran) yang baik. Nilai budaya memberi nasihat terdapat pada baris pertama dan kedua. Gurindam tersebut bermakna memberikan nasihat berupa anjuran, petunjuk, maupun peringatan kepada pembaca agar selalu berpegang teguh kepada syariat agama Islam. Dengan demikan, apabila nasihat tersebut diindahkan akan terhindar dari marabahaya. Nilai budaya kesetiaan terdapat pada baris pertama yakni “Barang siapa teguh memegang Syarak?. Gurindam tersebut mengandung nilai budaya kesetiaan berupa keteguhan hati, kepatuhan kepada syariat agama Islam.
Apabila Ibu tidak dihormati
Orang Mengutuk Allah pun benci
 (Tenas Effendy, 2013:49)
Berdasarkan kalimat gurindam di atas, terdapat nilai budaya memberi nasihat dan menghormati. Menurut Depdiknas (2008:1139) nasihat adalah ajaran atau pelajaran baik; anjuran (petunjuk, peringatan, teguran) yang baik. Nilai budaya memberi nasihat terdapat pada semua baris. Gurindam tersebut bermakna memberikan nasihat berupa anjuran, petunjuk, teguran maupun peringatan kepada pembaca agar selalu taat dan patuh terhadap orang tua yakni ibu. Sementara itu, menghormati adalah menaruh hormat kepada; hormat, takzim; sopan; menghargai; menjunjung tinggi (Depdiknas, 2008:122). Nilai budaya menghormati terdapat pada semau baris. Gurindam tersebut mengandung nilai budaya menghormati berupa menaruh hormat, menghargai, dan menjunjung tinggi orang tua yakni ibu supaya disukai manusia dan dicintai Allah Swt.
Apabila bekerja memegang amanah,
Orang percaya menjauhkan fitnah
Apabila bekerja tiada lalai
Hasilnya tidak akan terbangkalai
(Tenas Effendy, 2013:64-65)
Berdasarkan kalimat gurindam di atas, terdapat nilai budaya memberi nasihat dan bertanggung jawab. Menurut Depdiknas (2008:1139) nasihat adalah ajaran atau pelajaran baik; anjuran (petunjuk, peringatan, teguran) yang baik. Nilai budaya memberi nasihat terdapat pada semua baris. Gurindam tersebut bermakna memberikan nasihat berupa anjuran, petunjuk, teguran maupun peringatan kepada pembaca agar selalu bekerja keras serta selalu amanah menjadi kunci keberhasilan dalam menjalankan kehidupan bermasyarakat. Sementara itu, bertanggung jawab adalah berkewajiban menanggung, memikul tanggung jawab. Nilai budaya bertanggung jawab terdapat pada baris pertama dan ketiga yakni, Apabila bekerja memegang amanah, Apabila bekerja tiada lalai. Gurindam tersebut mengandung nilai budaya bertanggung jawab berupa memikul tanngung jawab pekerjaan dengan bekerja amanah dan tidak lalai.
Berdasarkan hasil dan pembahasan tentang Nilai-nilai Budaya dalam Gurindam Tunjuk Ajar Melayu Karya Tenas Effendy yang berjumlah 12 judul atau lebih cenderung dikenal dengan Gurindam Dua Belas sarat dengan nilai-nilai tunjuk ajar berupa nilai-nilai budaya di antaranya nilai budaya memberi nasihat, patuh, menyayangi, menghormati, kesetiaan, dan bertanggung jawab. Beradasarkan beberapa bait gurindam, nilai budaya memberi nasihat terdapat pada setiap judul dan kalimat yang dianalisis. Sementara itu, nilai budaya keterbukaan, memperhatikan, mencintai dan manja tidak ditemukan dalam dalam Gurindam Tunjuk Ajar Melayu Karya Tenas Effendy.

 



[Ikuti RiauTime.com Melalui Sosial Media]






Tulis Komentar

Untuk Berbagi Berita / Informasi / Peristiwa
Silahkan SMS ke nomor HP : 082387131915
atau email ke alamat : [email protected]
Harap camtumkan detail data diri Anda
Pengutipan Berita dan Foto, Cantumkan RiauTime.com Sebagai Sumber Tanpa Penyingkatan